Indonesia saat ini menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, menyumbang sekitar 48% dari total produksi global, disusul oleh Malaysia dengan kontribusi sebesar 37%. Meski demikian, Indonesia masih harus mengimpor asam lemak—turunan dari CPO—yang digunakan di berbagai industri, seperti cat, plastik, kosmetik, deterjen, sabun, serta makanan seperti cokelat, es krim, kue, dan permen. Melihat hal ini, Mohamad Endy Yulianto, dosen dari Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Universitas Diponegoro (Undip), berinisiatif mengembangkan produksi asam lemak dalam negeri.
Menurut Endy, penting untuk mengambil langkah nyata dalam memenuhi kebutuhan domestik terhadap asam lemak. Salah satu tantangan utama adalah proses produksi asam lemak yang dianggap kurang ekonomis. Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengembangkan metode produksi asam lemak melalui proses hidrolisa autokatalitik hidrotermal dengan memanfaatkan air subkritis. Air subkritis memiliki keunggulan dalam reaksi hidrolisis karena bisa berperan sebagai reaktan sekaligus pelarut. Dalam perannya sebagai reaktan, air subkritis dapat membentuk ikatan kovalen baru dengan gugus OH melalui transformasi molekul organik RX yang bereaksi dengannya.

Mohamad Endy Yulianto Dosen TRKI Vokasi Undip
Endy juga menjelaskan bahwa air subkritis sebagai pelarut memiliki kelebihan karena kelarutan terhadap minyak lebih tinggi, dan mengalami perubahan sifat fisik—seperti penurunan konstanta dielektrik—seiring meningkatnya suhu. Dalam kondisi ini, reaksi hidrolisis berlangsung dalam fase homogen, berbeda dengan metode konvensional yang umumnya menghasilkan reaksi di fase heterogen. Sebagai katalis, air subkritis juga unggul karena jumlah ion hasil ionisasi air meningkat seiring naiknya temperatur. Peningkatan konstanta ionisasi (Kw) terjadi akibat melemahnya ikatan hidrogen dalam air pada suhu di atas 150°C. Hal ini mendorong terbentuknya ion hidronium (H3O+) dan ion hidroksida (OH−), yang masing-masing dapat bertindak sebagai katalis asam dan basa.
Lebih lanjut, Endy menyebutkan bahwa dalam proses hidrolisa autokatalitik hidrotermal, asam lemak bebas yang dihasilkan dari reaksi juga berfungsi sebagai katalis tambahan. Proses ini dimulai dengan katalisis oleh ion hidronium dari autoionisasi air, dan kemudian dipercepat oleh asam lemak yang terbentuk selama reaksi berlangsung. Endy menilai bahwa metode ini sangat efisien karena air subkritis dapat menjalankan tiga peran sekaligus—sebagai reaktan, pelarut, dan katalis. Ia berharap hasil penelitian ini bisa memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat dikembangkan menjadi produk komersial di Indonesia.
Komentar Terbaru