Dukuh Tegalmulyo, Desa Pojok – 4 Agustus 2024
Tempe, sebagai salah satu produk dari UMKM di Desa Pojok, saat ini belum memiliki sistem pengolahan limbah cair yang memadai. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi tempe merupakan salah satu masalah lingkungan yang signifikan. Sebagai produk fermentasi kedelai, tempe tidak hanya menghasilkan tempe sebagai produk utama tetapi juga limbah cair yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah cair tempe, yang sering kali mengandung berbagai zat organik dan mikroba, memiliki potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam konteks pengelolaan limbah. Salah satu solusi inovatif untuk masalah ini adalah mengolah limbah cair tempe menjadi Pupuk Organik Cair (POC).
Pada (04/08/2024), Mahasiswa KKN Reguler Tim II Tahun 2024 yang berada di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo melaksanakan program monodisiplin yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Cair Tempe menjadi Pupuk Organik Cair (POC)” Program yang dilaksanakan oleh mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri Fakultas Sekolah Vokasi ini difokuskan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) “Sumber Mulyo” yang ada di Desa Pojok. Program ini dilaksanakan diawali dengan pengenalan pupuk organik cair dan potensi limbah cair tempe sebagai pupuk. Dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pupuk organic cair. Proses pembuatannya yakni menyiapkan galon 15L yang diisi sebanyak setengah galon limbah cair tempe dari UMKM sekitar. Bahan tambahannya berupa molase / tetes tebu yang kaya akan gula, mineral, dan vitamin yang menjadi sumber energi bagi mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi. Bahan berikutnya yakni yakult, karena mengandung bakteri probiotik, terutama Lactobacillus Casei. Bakteri ini memiliki peran penting dalam proses fermentasi dan menghasilkan berbagai senyawa yang bermanfaat bagi tanaman. 300ml molase dan 1 botol yakult ditambahkan ke dalam galon dan diaduk hingga merata. Pada tutup galon disambungkan selang dihubungkan dengan botol berisi air agar saat fermentasi pupuk tidak meledak. Fermentasi dilakukan selama 7-14 hari dan penggunaan pupuk dengan mencampurkan perbandingan 200ml POC dan 800ml air lalu diaplikasikan pada tanaman sayur. Kegiatan demonstrasi diselingi dengan sesi tanya jawab dan partisipasi KWT sangat antusias dan aktif untuk bertanya serta mencari tau lebih dalam. “Pupuk Organik Cair ini sangat bagus dan dapat diaplikasikan pada tanaman di rumah maupun yang berada di KWT. Bahannya juga mudah ditemukan dan murah menjadikannya solusi yang ekonomis dan praktis” Ujar Ibu Dwi, Ketua KWT. Penanganan limbah cair tempe diharapkan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah dan air yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem. Program “Pemanfaatan Limbah Cair Tempe menjadi Pupuk Organik Cair (POC)” diharapkan dapat menjadi program berkelanjutan dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Pojok serta memberikan contoh positif dalam pengelolaan limbah cair tempe dari UMKM sekitar.
Komentar Terbaru