Siapa yang menyangka bahwa minyak jelantah yang sering kita anggap sebagai sampah, ternyata bisa disulap menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi? Minyak jelantah, sisa minyak goreng bekas, seringkali dianggap sebagai limbah yang tidak bernilai dan dibuang sembarangan. Padahal, pembuangan minyak jelantah sembarangan dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan yang serius.  Lilin aromaterapi dari minyak jelantah adalah produk yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak goreng bekas. Melalui beberapa tahap, minyak jelantah yang awalnya berbau khas masakan dan berwarna gelap dapat disulap menjadi lilin aromaterapi yang bernilai jual. Pada (24/07/2024), Mahasiswa KKN Reguler Tim II Tahun 2024 yang berada di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo melaksanakan program monodisiplin yang berjudul “Pemanfaatan Minyak Jelantah menjadi Lilin Aromaterapi” Program yang dilaksanakan oleh mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro ini difokuskan kepada Bank Sampah yang ada di Desa Pojok.

Program tersebut diawali dengan pengenalan mengenai lilin aromaterapi lalu dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan lilin. Proses pembuatan lilin dari minyak jelantah terbilang sederhana namun membutuhkan ketelitian. Pertama-tama, minyak jelantah yang sudah disaring dibersihkan kembali untuk menghilangkan sisa-sisa makanan. Kemudian, minyak tersebut dipanaskan dan dicampur dengan stearic acid dengan perbandingan 1:1. Biasanya minyak jelantah memiliki bau yang khas, disini peran essensial oil sebagai penekan bau pada minyak jelantah dan memberikan aroma yang dapat dinikmati. Penambahan warna merah dan orange membuat lilin tampak lebih elegan. Kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab para peserta sanagat antusias dalam pembuatan lilin aromaterapi. “Lilin aromaterapi dapat menjadi peluang usaha bagi Bank Sampah karena dari perbandingan bahannya yang simple dan mudah diingat. Tempat lilin berupa sloki gelas menambah kesan produk lilin ini dapat di komersialkan” ujar ketua RW 03, Slamet Saryanto. “Produk lilin aromaterapi ini cukup mudah dan dapat dilaksanakan sebagai program di Bank Sampah. Saya berencana untuk mengumpulkan minyak jelantah dan membuat produk lilin aromaterapi dengan kemasan yang estetik dan diberi logo agar menambah kesan .” Ujar Ketua Bank Sampah Desa Pojok, Agustina.

Penanganan minyak jelantah dapat mengurangi limbah dapur rumah tangga, “Pemanfaatan Minyak Jelantah menjadi Lilin Aromaterapi” diharapkan dapat menjadi program berkelanjutan dari Bank Sampah Desa Pojok dan lilin aromaterapi ini dapat dipasarkan dan menjadi produk dengan nilai jual. [Enrica Ryan Geminarqi]