Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (S.Tr. TRKI) Vokasi Universitas Dipoengoro (UNDIP) Mohamad Endy Yulianto, S.T., M.T. menerima penghargaan Dosen Pemilik Paten Granted Tahun 2021 Terbanyak di Undip dengan total 22 paten. Paten  ini terdiri dari 3 hak kekayaan intelektualnya berstatus paten biasa, 18 paten sederhana dan 1 hak cipta.

Salah satu paten yang saat ini masih menjadi fokus penelitiannya bersama tim berjudul “Pengembangan Produk Nano Shogaol Jahe sebagai Antikanker melalui Teknik Fotoekstraksi-UV dengan Air Subkritis”. Penelitian ini didorong keprihatinannya atas tingginya biaya kemoterapi yang harus ditanggung penderita kanker di Indonesia. Selain mahal, proses kemoterapi juga biasanya memberika efek samping bagi pasien.

Dari hasil studinya beliau menemukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa komponen bioaktif seperi 6-shogaol pada jahe efektif menghambat sel kanker sehingga dapat menjadi alternatif pengobatan kanker yang bersumber dari bahan alami dan diharapkan dapat meminimalisir efek samping yang biasanya diderita para pasien kemoterapi. Selain itu, jahe merupakan tanaman rempah yang tumbuh subur di Indonesia sehingga dapat menyediakan pengobatan kanker yang terjangkau oleh masyarakat.

Namun proses pengobatan kanker menggunakan senyawa 6-shogaol pada jahe memiliki kelemahan pada  absorpsi oral, kestabilan, serta bioavailibilitasnya yang rendah. Oleh karena itu perlu proses high efficient system fotoekstraksi-uv menggunakan pelarut air subkritis dalam pembuatan nano shogaol untuk memberikan hasil yang optimal pada penggunaan jahe sebagai antikanker. Metode ini memiliki banyak keuntungan antara lain pelarut tidak bersifat toksik, mudah diperoleh, ketersediaan melimpah, memiliki kemurnian tinggi, dapat di-recycle dan mudah di-handling. Metode ini tidak menggunakan alkohol sebagai pelarut sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk halal.

“Produksi nano shogaol jahe merupakan salah satu upaya peningkatan kemandirian bangsa dalam pemenuhan obat dan bahan baku obat yang berdaya saing tinggi. Produksi ekstrak senyawa aktif Jahe mampu meningkatkan harga produk hingga 80,8 kali lebih tinggi dibandingkan apabila dijual dalam bentuk rimpang jahe” ujarnya.

Penelitian jahe sebagai antikanker ini didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk masa penelitian selama 3 tahun, dari 2020 – 2022.  Di tahun kedua penelitian ini telah mampu memproduksi nano shogaol Jahe sebagai anti kanker yang mengarah pada well-proven technology berbasis zero waste.